Pada tahun 2020 pembangkit listrik tenaga surya merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh dunia. Indonesia telah menyiapkan pabrik solar sel di Kerawang-Jawa Barat dan di Bandung.Saat ini pemerintah mensubsidi BBM impor sebesar 300 Triliun yang alangkah baiknya bila untuk membangun pembangkit listrik energi surya. Berikut ini kita simak tentang pembangunan pembangkit listrik energi surya terbesar Indonesia On Grid di Bali (admin)
Foto: Maikel-detikFinance
Pemerintah melalui Kementrian ESDM menggulirkan Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata utama negeri ini. Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya senilai total Rp 50 Miliar ini diresmikan oleh Menteri ESDM, Bapak Jero Wacik pada tanggal 25 Februari 2013.
Proyek yang dalam pengerjaannya memerlukan penguasaan teknologi tinggi ini dilaksanakan putra – putra bangsa oleh PT Surya Energi Indotama dengan mempergunakan panel surya produksi dalam negeri, yaitu produksi PT Len Industri (Persero).
Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang terletak di dua lokasi, yaitu di Bangli dan Karangasem ini menjadi spesial karena akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Surya On Grid terbesar di Indonesia dengan total daya 2 MW.
Dengan makin terbatasnya cadangan energi fosil kita, maka optimalisasi penggunaan energi alternatif merupakan suatu keharusan yang perlu dimasyarakatkan secepatnya. Indonesia sebagai negara tropis yang berkelimpahan sinar matahari memiliki peluang besar untuk memanfaatkan energi alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya, energi alami terbarukan yang hijau bebas polusi.
Dengan memprioritaskan daerah – daerah tujuan wisata sebagai tempat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, disamping menambah daya listrik yang telah ada juga usaha untuk memasyarakatkan penggunaan energi hijau terbarukan kepada masyarakat luas dan pelestarian lingkungan di daerah tujuan wisata dan sekitarnya dapat tercapai.**
Pembangkit berkapasitas 1 MW tersebut langsung tersambung dengan PLN. Pemerintah minta daerah lain mencontoh PLTS ini.
Menteri ESDM Jero Wacik meminta pimpinan daerah di Indonesia untuk datang melihat PLTS tersebut dan segera membangun di daerah masing-masing.
"Kalau mau bikin 1 MW contek yang ini, ini sengaja tidak saya daftarkan hak ciptanya, jadi kalau contek silakan contek. Buat di mana saja, ini matahari," ungkap Jero saat peresmian PLTS Karangasem, Bali.
Ia menuturkan, tenaga matahari adalah pilihan tepat sebagai energi masa depan. Dalam waktu dekat, Jero juga akan meresmikan PLTS dengan kapasitas yang sama di Sumbawa.
"Karangasem, Bangli, dan Sumbawa. Semuanya 1 MW, tujuan untuk proyek percontohan, tenaga matahari sangat baik untuk masa depan," tuturnya.
Menurutnya, pembangkit ini hanya membutuhkan lahan sekitar 2 hektar. Kemudian dana yang sediakan adalah Rp 2,6 miliar untuk satu pembangkit.
"Teorinya 2 hektar tanah menghasilkan 1 MW. Yang mengerjakan dari Bandung, semua tenaganya dari Indonesia tapi material ada juga yang mengimpor, Karangasem resmikan hari ini karena ada jadi obyek wisata pariwisata," paparnya.
Sedangkan manfaatnya, Jero menambahkan, akan dapat mengurangi penggunaan BBM. Selain harganya yang menurut Jero setengah dari harga penggunaan BBM.
"Kita masih punya potensi 5 ribu MW. Andalan matahari akan habis kalau kiamat dunia. Jadi makin terik matahari itu padahal makin banyak dapat listrik. Saya ingin semua provinsi pakailah matahari. Ini merupakan cara kita bangun listrik non BBM," pungkasnya.
Bagi swasta yang ingin membangun PLTS tersambung grid PLN, maka PLN harus bersedia membeli senilai US $ 25-30 sen/KWH. Permen (Peraturan Menteri) ESDM akan keluarkan feed in tariff listrik surya (PLTS) yang wajib dibeli PLN sebesar US$ 25 sen per kwh.
Via : detik.Finance
Pembangkit berkapasitas 1 MW tersebut langsung tersambung dengan PLN. Pemerintah minta daerah lain mencontoh PLTS ini.
Menteri ESDM Jero Wacik meminta pimpinan daerah di Indonesia untuk datang melihat PLTS tersebut dan segera membangun di daerah masing-masing.
"Kalau mau bikin 1 MW contek yang ini, ini sengaja tidak saya daftarkan hak ciptanya, jadi kalau contek silakan contek. Buat di mana saja, ini matahari," ungkap Jero saat peresmian PLTS Karangasem, Bali.
Ia menuturkan, tenaga matahari adalah pilihan tepat sebagai energi masa depan. Dalam waktu dekat, Jero juga akan meresmikan PLTS dengan kapasitas yang sama di Sumbawa.
"Karangasem, Bangli, dan Sumbawa. Semuanya 1 MW, tujuan untuk proyek percontohan, tenaga matahari sangat baik untuk masa depan," tuturnya.
Menurutnya, pembangkit ini hanya membutuhkan lahan sekitar 2 hektar. Kemudian dana yang sediakan adalah Rp 2,6 miliar untuk satu pembangkit.
"Teorinya 2 hektar tanah menghasilkan 1 MW. Yang mengerjakan dari Bandung, semua tenaganya dari Indonesia tapi material ada juga yang mengimpor, Karangasem resmikan hari ini karena ada jadi obyek wisata pariwisata," paparnya.
Sedangkan manfaatnya, Jero menambahkan, akan dapat mengurangi penggunaan BBM. Selain harganya yang menurut Jero setengah dari harga penggunaan BBM.
"Kita masih punya potensi 5 ribu MW. Andalan matahari akan habis kalau kiamat dunia. Jadi makin terik matahari itu padahal makin banyak dapat listrik. Saya ingin semua provinsi pakailah matahari. Ini merupakan cara kita bangun listrik non BBM," pungkasnya.
Bagi swasta yang ingin membangun PLTS tersambung grid PLN, maka PLN harus bersedia membeli senilai US $ 25-30 sen/KWH. Permen (Peraturan Menteri) ESDM akan keluarkan feed in tariff listrik surya (PLTS) yang wajib dibeli PLN sebesar US$ 25 sen per kwh.
Via : detik.Finance
PT.Len Membangun pabrik Tenaga Surya
BANDUNG– PT Len Industri (persero) sedang menyelesaikan pembangunan pabrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 60 megawatt. Pabrik tersebut diharapkan mampu memenuhi permintaan kebutuhan sel di Indonesia.
Direktur Utama PT Len Industri Abraham Mose mengatakan, saat ini BUMN-nya sedang menyelesaikan pembangunan pabrik sel di Karawang. Pabrik tersebut ditargetkan mulai berproduksi pada tahun ini. Pabrik di Karawang merupakan perluasan dari pabrik utama PT Len Industri yang berpusat di Bandung.
“Pabrik tersebut mampu memproduksi sel hingga 60 megawatt serta modul sebesar 30 megawatt per tahun,” kata Abraham Mose beberapa waktu lalu. Selama ini, PT Len memenuhi pesanan sel mengandalkan kemampuan produksi pabrik di Bandung sebesar 10 megawatt per tahun. Dengan penambahan pabrik di Karawang, maka kapasitas produksi Len Industri menjadi 70 megawatt sel dan 30 megawatt modul.
Jika produksi di pabrik di Bandung tetap terserap, investasi baru yang dibutuhkan hanya sekitar 30% saja dari yang direncanakan. Untuk membangun pabrik di Karawang, PT Len menyiapkan investasi sebesar Rp462 Miliar. “Investasinya mencapai Rp462 miliar,” tegas dia. Menurut Abraham, pembangunan pabrik PLTS tak lepas dari tingginya permintaan produk PLTS.
Terutama memenuhi kebutuhan PLTS di 67 daerah di seluruh Indonesia. Terutama di daerah yang belum terjangkau listrik PLN. “Penduduk yang secara geografis sulit terjangkau oleh jaringan PLN bisa mempergunakan energi guna memperoleh listrik,” kata Abraham. Produk PLTS, bisa dipasang di masingmasing perumahan, atau dalam bentuk pembangkit berkapasitas besar.
Baru-baru ini, PT Len Industri menyelesaikan pembangunan PLTS berkekuatan 1 MW di Karangasem, Bali. PLTS tersebut diklaim sebagai PLTS terbesar di Indonesia. Selain Bali, Len juga sedang menyelesaikan proyek serupa untuk daerah lainnya. Selain untuk rumah tangga, listrik dari pembangkit listrik tenaga surya bisa dijual kepada PLN.
Dengan sejumlah proyek itu, Abraham optimistis mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp2,8 triliun tahun 2013. Dengan prognosa laba sebesar Rp78 miliar. Tahun lalu, PT Len mampu dihasilkan pendapatan sebesar Rp2,3 triliun. Abraham menyebutkan di tahun 2012 mampu dibukukan laba sebesar Rp65 miliar. Rabu 01 Mei 2013 m.koran-sindo
Direktur Utama PT Len Industri Abraham Mose mengatakan, saat ini BUMN-nya sedang menyelesaikan pembangunan pabrik sel di Karawang. Pabrik tersebut ditargetkan mulai berproduksi pada tahun ini. Pabrik di Karawang merupakan perluasan dari pabrik utama PT Len Industri yang berpusat di Bandung.
“Pabrik tersebut mampu memproduksi sel hingga 60 megawatt serta modul sebesar 30 megawatt per tahun,” kata Abraham Mose beberapa waktu lalu. Selama ini, PT Len memenuhi pesanan sel mengandalkan kemampuan produksi pabrik di Bandung sebesar 10 megawatt per tahun. Dengan penambahan pabrik di Karawang, maka kapasitas produksi Len Industri menjadi 70 megawatt sel dan 30 megawatt modul.
Jika produksi di pabrik di Bandung tetap terserap, investasi baru yang dibutuhkan hanya sekitar 30% saja dari yang direncanakan. Untuk membangun pabrik di Karawang, PT Len menyiapkan investasi sebesar Rp462 Miliar. “Investasinya mencapai Rp462 miliar,” tegas dia. Menurut Abraham, pembangunan pabrik PLTS tak lepas dari tingginya permintaan produk PLTS.
Terutama memenuhi kebutuhan PLTS di 67 daerah di seluruh Indonesia. Terutama di daerah yang belum terjangkau listrik PLN. “Penduduk yang secara geografis sulit terjangkau oleh jaringan PLN bisa mempergunakan energi guna memperoleh listrik,” kata Abraham. Produk PLTS, bisa dipasang di masingmasing perumahan, atau dalam bentuk pembangkit berkapasitas besar.
Baru-baru ini, PT Len Industri menyelesaikan pembangunan PLTS berkekuatan 1 MW di Karangasem, Bali. PLTS tersebut diklaim sebagai PLTS terbesar di Indonesia. Selain Bali, Len juga sedang menyelesaikan proyek serupa untuk daerah lainnya. Selain untuk rumah tangga, listrik dari pembangkit listrik tenaga surya bisa dijual kepada PLN.
Dengan sejumlah proyek itu, Abraham optimistis mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp2,8 triliun tahun 2013. Dengan prognosa laba sebesar Rp78 miliar. Tahun lalu, PT Len mampu dihasilkan pendapatan sebesar Rp2,3 triliun. Abraham menyebutkan di tahun 2012 mampu dibukukan laba sebesar Rp65 miliar. Rabu 01 Mei 2013 m.koran-sindo
No comments:
Post a Comment